Judul : Kemenkeu: Berbahaya Kalau Investasi Kita Turun
link : Kemenkeu: Berbahaya Kalau Investasi Kita Turun
Kemenkeu: Berbahaya Kalau Investasi Kita Turun
Kemenkeu: Berbahaya Kalau Investasi Kita Turun |
nilai investasi yang turun dapat mengganggu target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pada angka di atas enam persen, kata pelaksana tugas kepala badan kebijakan fiskal kementerian keuangan bambang brodjonegoro.
"berbahaya kalau investasi kita turun, karena kalau ekspor turun, kita harus bisa kompensasi dengan fdi dan investasi lainnya dalam bentuk belanja modal pemerintah atau bumn yang lebih besar," ujarnya di jakarta, sabtu (27/7/2013).
bambang mengatakan, untuk menjaga agar sektor investasi tetap kompetitif, maka pemerintah berupaya melakukan relaksasi atau pelonggaran aturan atas insentif perpajakan, sebagai upaya menarik minat investor.
upaya revisi peraturan tersebut dilakukan pada insentif pembebasan pajak (tax holiday) dalam hal minimal investasi dari saat ini sebesar rp1 triliun dan batas pemberian insentif tersebut, yang akan diberikan lebih lama untuk sektor tertentu.
"perubahannya bukan secara keseluruhan, tapi sektor tertentu.
kita lihat apakah rp 750 miliar atau rp 500 miliar, tapi tidak di bawah rp 500 miliar.
sektor lain ada yang tetap rp1 triliun tapi waktunya diperpanjang, sekarang 10 tahun, paling jauh 15 tahun," ujarnya.
selain itu, pemerintah berupaya mempermudah prosedur keringanan pajak (tax allowance) dengan menekankan adanya kepastian untuk membayar pajak bagi investor (tax clearance) bukan audit pajak (tax audit).
namun, bambang mengakui efektivitas pemberian insentif ini baru akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan, sehingga untuk 2014, pemerintah masih berharap pada kinerja penanaman modal asing (fdi) dalam menjaga sektor investasi.
"misalnya insentif berlaku 2014, pabriknya itu kan baru mau bikin.
dampak insentif mungkin baru terasa tiga-empat tahun ke depan, jadi agak sulit dibayangkan berefek pada 2014," ujarnya.
saat ini, pemerintah berupaya menahan angka pertumbuhan diatas enam persen, dengan menjaga konsumsi rumah tangga dan investasi, sebagai antisipasi terhadap pelemahan ekspor yang masih terjadi akibat krisis di negara maju.
dalam apbn-perubahan 2013, asumsi pertumbuhan ekonomi ditetapkan sebesar 6,3 persen.
sedangkan, pemerintah menetapkan kisaran asumsi pertumbuhan sebesar 6,4 persen-6,9 persen dalam apbn 2014.
sementara, bank dunia telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi indonesia pada 2013 dari sebelumnya sebesar 6,2 persen menjadi 5,9 persen akibat masih ada pelemahan konsumsi domestik dan penurunan ekspor.
editor : heru margianto
berita terkait
perusahaan farmasi jerman investasi rp 1 triliun di indonesia
jcr pertahankan peringkat investasi indonesia
realisasi investasi semester i mencapai rp 192,8 triliun
tarik investor, ri obral insentif
11 investor asing akan tanamkan modal di indonesia
topik pilihan:
formula 1 hongaria
chelsea fc asia tour 2013
kpk tangkap staf hotma sitompul
bilik asmara lapas cipinang
gebrakan jokowi-basuki
geliat politik jelang 2014
berita pilihan
"si buruk rupa" yang menggoda
hindari bibir kering selama berpuasa
dapatkan voucher menginap di bali bagi pengguna indosat
ada foto "nakal" nikita mirzani sebelum pengeroyokan
istana beckingham dijual!
terpopuler + indeks
1
kppu duga gita wirjawan terlibat kartel bawang putih
2
rp 80.
000, mahalkah tarif ka bandara medan-kualanamu?
3
dituding terlibat kartel, mendag somasi kppu
4
rupiah melorot ke level paling rendah empat tahun
5
sukanto tanoto siapkan generasi kedua
terbaru + indeks
kemenkeu: berbahaya kalau investasi kita turun
kelanjutan patungan usaha, yusuf mansur: pantengin twitter saya
danone dan starbucks kerja sama racik yogurt beku
ekonomi melemah, dahlan evaluasi proyek bumn
kecuali gitar jokowi, 41 barang gratifikasi diserahkan ke pemerintah
(function(){
var ox_u = 'http://ads4.
kompasads.
com/new2/www/delivery/al.
php?zoneid=90&layerstyle=simple&align=center&valign=top&padding=0&closetime=30&padding=0&shifth=-8&shiftv=40&closebutton=t&nobg=t&noborder=t';
if (document.
context) ox_u += '&context=' + escape(document.
context);
document.
write("");
})();
news
nasional
regional
megapolitan
internasional
olah raga
sains
edukasi
infografis
surat pembaca
ekonomi
bola
tekno
entertainment
otomotif
health
female
travel
properti
foto
video
forum
kompas gramedia digital group
grazera
kompasiana
kompaskarier.
com
midazz
scoop
urbanesia
gamesaku
makemac
about us-
advertise-
policy-
pedoman media siber-
career-
contact us-
rss-
site map
©2008 - 2013 pt.
kompas cyber media (kompas gramedia digital group).
all rights reserved.
!function(d,s,id){var js,fjs=d.
getelementsbytagname(s)[0];if(!d.
getelementbyid(id)){js=d.
createelement(s);js.
id=id;js.
src="https://platform.
twitter.
com/widgets.
js";fjs.
parentnode.
insertbefore(js,fjs);}}(document,"script","twitter-wjs");
window.
___gcfg = {
lang: 'id'
};
(function() {
var po = document.
createelement('script'); po.
type = 'text/javascript'; po.
async = true;
po.
src = 'https://apis.
google.
com/js/plusone.
js';
var s = document.
getelementsbytagname('script')[0]; s.
parentnode.
insertbefore(po, s);
})();
//
jquery(document).
ready(function ($) {
$("#putartbox").
kompasartbox({
siteno : "26",
sectionid : "565",
articleid : "1041151",
nameutm : "bisniskeuangan",
nameid : "sartbox",
prevpermalink : "2013/07/27/1848479.
xml"
});
$.
ajax({
type:'get',
url:'http://api.
sharedcount.
com/?url=http://bisniskeuangan.
kompas.
com/read/2013/07/27/1848479/kemenkeu.
berbahaya.
kalau.
investasi.
kita.
turun',
datatype:'json',
beforesend: function(){
$(".
social-fb-count").
html('');
$(".
social-twitter-count").
html('');
},
success:function(result){
//console.
log(result.
facebook.
total_count);
if(result != null || result != undefined || result != '')
{
$(".
social-fb-count").
html(result.
facebook.
total_count);
$(".
social-twitter-count").
html(result.
twitter);
}
else
{
$(".
social-fb-count").
html(0);
$(".
social-twitter-count").
html(0);
}
}
});
});
$(function() {
$("a.
fn_register").
fancybox ({
'width' : 700
, 'height' : 550
, 'autoscale' : true
, 'transitionin' : 'over'
, 'transitionout' : 'over'
, 'type' : 'iframe'
, 'titleshow' : false
, 'shownavarrows' : false
});
$('a.
fn_login').
fancybox({
'autoscale': true
, 'transitionin': 'over'
, 'transitionout': 'over'
, 'type': 'iframe'
, 'width': 330
, 'height': 300
, 'titleshow' : false
, 'shownavarrows' : false
});
});
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.
push(['a.
_setaccount', 'ua-3374285-20']);
_gaq.
push(['a.
_trackpageview']);
_gaq.
push(['a.
_trackpageloadtime']);
_gaq.
push(['b.
_setaccount', 'ua-3374285-1']);
_gaq.
push(['b.
_trackpageview']);
_gaq.
push(['b.
_trackpageloadtime']);
_gaq.
push(['d.
_setaccount', 'ua-9341640-16']);
_gaq.
push(['d.
_setdomainname', 'auto']);
_gaq.
push(['d.
_setallowlinker', true]);
_gaq.
push(['d.
_trackpageview']);
_gaq.
push(['d.
_trackpageloadtime']);
_gaq.
push(['c.
_setaccount', 'ua-3374285-9']);
_gaq.
push(['c.
_trackpageview']);
_gaq.
push(['c.
_trackpageloadtime']);
(function() {
var ga = document.
createelement('script'); ga.
type = 'text/javascript'; ga.
async = true;
ga.
src = ('https:' == document.
location.
protocol ? 'https://ssl' : 'http://www') + '.
google-analytics.
com/ga.
js';
var s = document.
getelementsbytagname('script')[0]; s.
parentnode.
insertbefore(ga, s);
})();
var _comscore = _comscore || [];
_comscore.
push({ c1: "2", c2: "8077308" });
(function() {
var s = document.
createelement("script"), el = document.
getelementsbytagname("script")[0]; s.
async = true;
s.
src = (document.
location.
protocol == "https:" ? "https://sb" : "http://b") + ".
scorecardresearch.
com/beacon.
js";
el.
parentnode.
insertbefore(s, el);
})();
//-1?'https://id-ssl':'http://id-cdn')
+unescape('.
effectivemeasure.
net/em.
js%22%3e%3c/script%3e'));
})();
//]]>
_atrk_opts = { atrk_acct:"ua8se1agtn00wa", domain:"kompas.
com",dynamic: true};
(function() { var as = document.
createelement('script'); as.
type = 'text/javascript'; as.
async = true; as.
src = " https://d31qbv1cthcecs.
cloudfront.
net/atrk.
js"; var s = document.
getelementsbytagname('script')[0];s.
parentnode.
insertbefore(as, s); })();
/* s: cookies */
var cookies = {
init: function () {
var allcookies = document.
cookie.
split('; ');
for (var i=0;i= start_time.
gettime() && mydate.
gettime() = start_time.
gettime() && mydate.
gettime() = start_time.
gettime() && mydate.
gettime() = start_time.
gettime() && mydate.
gettime() = start_time.
gettime() && mydate.
gettime() = start_time.
gettime() && mydate.
gettime()
sumber: www[dot]kompas[dot]com